MASJID Al Huda Silayang bukan sekadar rumah ibadah, tetapi juga simbol kebersamaan dan peradaban Islam di Lubukbasung, Kabupaten Agam.
Berdiri sejak 1952, masjid ini menjadi masjid yang paling tua di Lubukbasung Agam. Berdiri di perbukitan Nagari Silayang, Lubukbasung, Agam masjid ini menjadi sejarah bagaimana salah satu penyebaran agama islam di Lubukbasung.
Dikutip dari padek.co, sudah setengah abad lebih, Masjid Nurul Huda menjadi saksi sejarah perkembangan agama dan sosial masyarakat setempat. Masih tetap berdiri kokoh nuasa lampau, tanpa sentuhan arsitektur modern.
Ketua Pengurus Masjid Al Huda, Suparman menegaskan bahwa peran masjid ini jauh melampaui fungsi ibadah semata.
“Masjid ini bukan hanya tempat salat, tapi juga tempat berkumpul masyarakat. Dulu dan sekarang, berbagai kegiatan keagamaan, sosial, hingga musyawarah kampung berlangsung di sini,” ujar Suparman.
Berdasarkan cerita para sesepuh kampung, Masjid Al Huda Silayang didirikan sebagai wujud kebutuhan masyarakat akan tempat ibadah yang representatif. Pada masa itu, Lubukbasung masih berupa daerah yang belum banyak memiliki fasilitas umum, termasuk tempat ibadah yang memadai.
Para tokoh masyarakat bersama-sama mengumpulkan dana dan tenaga untuk membangun masjid ini. Kayu-kayu pilihan ditebang dari hutan sekitar, sementara atapnya masih menggunakan rumbia.
Tidak ada kontraktor besar, hanya gotong royong dan niat tulus untuk memiliki masjid sendiri. Seiring waktu, bangunan masjid mengalami beberapa renovasi.
Dari awalnya berbentuk sederhana dengan dinding kayu, kini telah berdiri megah dengan arsitektur yang lebih modern. Namun, semangat kebersamaan dan nilai-nilai gotong royong tetap melekat pada masjid ini.
Sejak awal berdiri, Masjid Al Huda tidak hanya digunakan untuk ibadah wajib seperti shalat lima waktu dan shalat Jumat. Masjid ini juga menjadi pusat berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian, hafalan Al Quran, dan perayaan hari besar Islam.
Salah satu kegiatan yang rutin diadakan adalah Gebyar Ramadan untuk anak-anak, yang mencakup lomba hafalan surat pendek dan berbagai perlombaan Islami lainnya.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada generasi muda sejak dini. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Al Huda juga memiliki peran besar dalam aspek sosial
Masyarakat kerap berkumpul di masjid untuk berbagai kegiatan, mulai dari rapat Posyandu, rapat pemuda, hingga menyelesaikan pertengkaran atau konflik kecil di kampung.
Dalam hal ini, masjid berfungsi sebagai wadah penyelesaian masalah dengan pendekatan agama dan musyawarah. Segala bentuk perbedaan pendapat diselesaikan dengan cara yang damai, sesuai dengan ajaran Islam yang mengedepankan persaudaraan.
Masjid juga menjadi pusat koordinasi bagi kegiatan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Banyak program kesejahteraan rakyat (Kesra) yang bermula dari masjid ini, termasuk bantuan untuk kaum dhuafa dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Selain itu, masjid ini juga sering menjadi tempat studi bagi mahasiswa dari Universitas Negeri Padang (UNP). Mereka datang untuk melakukan penelitian tentang kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat di Lubukbasung.
“Beberapa kali kami menerima tamu mahasiswa dari UNP Padang yang ingin mengkaji langsung bagaimana peran masjid dalam kehidupan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa Masjid Al Huda memiliki nilai historis dan sosial yang penting,” tambah Suparman.
Peran Masjid Al Huda tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, seperti Pondok Pesantren (Ponpes), Kementerian Agama (Kemenag), Majelis Ulama Indonesia (MUI), serta tokoh-tokoh pendidikan dan keagamaan.
Sebagai salah satu masjid tertua di Lubukbasung, Masjid Al Huda memiliki nilai sejarah yang tinggi. Keberadaannya selama lebih dari tujuh dekade menjadi bukti bahwa masjid bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga pusat spiritual dan sosial bagi masyarakat.
Suparman berharap bahwa generasi muda tetap menjaga keberlangsungan masjid ini.(***)
Posting Komentar