SOLOKSELATAN —Harapan petani jagung di Solok Selatan terhadap bibit jagung unggulan jenis Pioner 32 kini mulai sirna. Bibit yang dulunya jadi primadona karena hasil panennya yang melimpah, kini justru menjadi sumber keluhan.
Firdaus, 38 tahun, seorang petani dari Lubuk Gadang Timur, mengungkapkan bahwa kualitas bibit Pioner 32 yang dulu bisa diandalkan kini telah menurun drastis. Banyak benih yang gagal tumbuh, dan panen pun jauh dari harapan.
"Kami para petani sudah beralih ke jenis bibit lainnya. Sebab Pioner 32 yang sebelumnya betul-betul bibit jagung unggul, sekarang tidak lagi sebagus sebelumnya kualitas benihnya," kata Firdaus, Minggu (13/4/2025) dikutip dari padek.co.
Ia menyebut bahwa biasanya ia bisa memanen 2,5 hingga 3 ton jagung setiap musim. Namun, dalam dua musim panen terakhir, hasil panennya anjlok menjadi hanya 1,2 ton.
Tak hanya jumlah panen yang menurun, ukuran buah jagung pun mengalami penyusutan. "Dulu jagung Pioner besar-besar, sekarang hampir rata-rata kecil. Petani lain juga alami nasib yang sama," tambahnya.
Firdaus menyatakan keprihatinannya, karena jika petani terus mengandalkan Pioner 32, mereka bisa merugi. Harga bibit cukup mahal, namun hasilnya tidak lagi sebanding.
"Satu kantong seberat 5 kg harganya Rp650 ribu. Tapi hasilnya sekarang tidak memuaskan," ucapnya.
Mairadi, petani lainnya, mengungkapkan keluhan serupa. Ia mengatakan sekitar 25 persen benih yang ditanamnya tidak tumbuh sama sekali. Setelah diperiksa, banyak benih yang membusuk di dalam tanah.
"Sebelum lebaran saya tanam 7 kg jenis Pioner 32. Usai lebaran saya sisip kembali sebanyak 2,3 kg. Per kilogram dibeli seharga Rp130-140 ribu, kalau satu kantong Rp650 ribu," jelas Mairadi.
Ia menambahkan bahwa setelah panen mendatang, ia akan mencari alternatif bibit lain. "Kalau kita bertahan, maka kita juga akan rugi. Karena Pioner sudah tidak teruji lagi kualitasnya. Harga mahal, tapi sisi jaminan mutunya tidak ada lagi," pungkasnya.
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya pengawasan mutu terhadap benih yang beredar di pasaran. Bagi petani, ketahanan dan hasil panen adalah segalanya. Ketika benih unggulan tak lagi bisa diandalkan, nasib pertanian jagung di Solok Selatan pun ikut terancam. (***)
Posting Komentar